PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam ayat
pertama Allah menggunakan kata sumpah atau huruf qasam yang berupa “wau”. Bahasa
arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapan dan beraneka
ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya. Lawan bicara (mukhotob)
mempunyai beberapa keadaan yang dalam ilmu ma’ani disebut adhrubulkhobar
ats-tsalatsah atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita ; ibtida’i, talabi
dan inkari.
Mukhotob
terkadang seorang berhati kosong (kholiuz zihni), sama sekali tidak mempunyai
persepsi akan pernyataan (hukum) yang diterangkan kepadanya, maka perkataan
yang disampaikan kepadanya tidak perlu memakai penguat (ta’kid). Perkataan
demikian dinamakan ibtida’i.
Terkadang pula
ia ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang disampaikan kepadanya. Maka
perkataan untuk orang senacam ini sebaiknya diperkuat dengan suatu penguat guna
menghilangkan keraguannya. Perkataan demikian dinamakan talabi.
Dan
terkadang ia inkar atau menolak isi pernyataan. Maka pembicaraan untuknya harus
disertai penguat sesuai kadar keinkarannya, kuat atau lemah. Pembicaraan
demikian dinamakan inkari. qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang
nasyhur untuk memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa, karena manusia
mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadap al-qur’an. Karena itu dipakailah
qasam dalam kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan
kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khobar dan menetapkan hukum
dengan cara paling sempurna.
Hakekat
kejadian manusia, sangat banyak sekali dijelaskan baik dalam al-qur’an maupun
dalam hadis. Salah satunya juga disebutkan dalam QS.At-tin ini. Dalam QS.
At-tin, ada beberapa permasalahan yang dapat kita kaji dalam penafsiran surat
ini. Di antaranya, dalam penafsiran ayat pertama, ada berbagai pendapat ulama’
tafsir dalam menafsirkan dua buah kata yakni kata at-tin dan kata zaitun.
ada yang menafsirkan at-tin itu sebagai masjid yang ada didamaskus, dan
adapula yang menafsirkannya sebagai damaskus itu sendiri, bahkan adapula yang
berpendapat sebuah gunung yang ada di damaskus. Kalau menurut al-qurtubi,
at-tin itu merupkan tafsiran dari masjid ashabul kahfi. Sedang menurut mujahid,
yang dimaksud dengan at-tin adalah kita manusia itu sendiri. Sedangkan kata
zaitun ditafsirkan sebagai masjid yang ada dibaitul muqaddis. Menurut.
Sedangkan menurut mujahid dan ikrimah yang dimaksud dengan zaitun adalah minyak
zaitun yang kita perah.
Dalam
surat ini dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang paling baik
penciptaannya dibandinkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Disamping itu pula,
manusia dianugrahi kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk selainnya.
Manusia diberikan akal supaya dia lebih dari binatang atau hewan dan dianugrahi
nafsu yang tidak diberikan kepada para malaikat, itu semua dilandasi supaya
manusia itu bisa lebih dan bisa mensyukuri segala nikmat yang telah Allah
berikan kepadanya.
Dalam
ayat ini juga dijelaskan dampak dari keegoisan manusia dan ketidak patuhannya
kepada Allah swt. Mereka tidak bisa membalas dan mensyukuri segala apa yang
telah Allah berikan kepadanya. Maka dari itu, manusia yang seperti ini akan
dikembalikan kedalam derajat yang seburuk-buruk dan serendah-rendahnya melebihi
kerendahan binatang yang tidak diberikan kesempurnaan. Inilah balasan bagi
orang-orang yang tahu akan tetapi mendustakan Allah swt. Dalam hal ini ada
pengecualian bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengaplilasikannya
dengan berbuat amal sholeh. Karena orang yang sudah mencapai level keimanan
yang tinggi, bukan hanya imannya sekedar percaya saja, melainkan keimanannya
itu akan dia wujudkan kedalam amal yang sholeh pula.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang diatas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pandangan para ulama tafsir dalam menafsirkan QS. At-tin tersebut?
2.
Apa
saja isi kandungan yang bisaa dipaparkan dalam penafsiran QS. At-tin tersebut?
C.
TUJUAN
Tujuan
yang ingin dapat kita capai dalam penyusunan makalah tafsir QS. At-tin ini
adalah supaya kita semua yang mempelajari tafsir al-qur’an bisa mengetahui bagaimana
pandangan para mufassirin dalam menafsirkan surat ini, dan apa saja yang dapat
kita petik dalam penafsiran ini.
BAB II
PEMBAHASAN
TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AT-TIIN
ÈûüÏnG9$#urÈbqçG÷¨9$#urÇÊÈÍqèÛurtûüÏZÅÇËÈ#x»ydurÏ$s#t7ø9$#ÂúüÏBF{$#ÇÌÈôs)s9$uZø)n=y{z`»|¡SM}$#þÎûÇ`|¡ômr&5OÈqø)s?ÇÍÈ¢OèOçm»tR÷yu@xÿór&tû,Î#Ïÿ»yÇÎÈwÎ)tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏHxåurÏM»ysÎ=»¢Á9$#óOßgn=sùíô_r&çöxî5bqãYøÿxEÇÏÈ$yJsùy7ç/Éjs3ãß÷èt/ÈûïÏe$!$$Î/ÇÐÈ}§øs9r&ª!$#È/s3ômr'Î/tûüÉKÅ3»ptø:$#ÇÑÈ
1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun
2. Dan demi
bukit Sinai
3. Dan demi
kota (Mekah) ini yang aman,
4. Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5. Kemudian
Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya.
7. Maka Apakah
yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya
keterangan-keterangan) itu?
8. Bukankah
Allah hakim yang seadil-adilnya?
È)ûüÏnG9$#ur(
Aku
bersumpah dengan masa Tiin Nabi Adam, bapak manusia. Yaitu zaman ketika Nabi
Adam dan istrinya menutupi tubuhnya dengan pohon tiin.
Para
ahli tafsir berselisih pahan sehingga terdapat banyak pandangan tentang ayat
ini. Ada yang berpendapat bahwa maksud dengan at-tiin, adalah masjid di Damaskus,
ada pula yang berpendapat damaskus itu sendiri, ada pula yang berpendapat
gunung di damaskus, Al-Qurtubi berkata, at-tiin adalah masjid para ashabul
kahfi, dan diriwayatkan oleh Al-‘Uufi dan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud
at-tiin adalah masjid Nabi Nuh yang berada dipuncak gunung al-judi, berkata Al-Mujahid,
maksudnya at-tiin adalah kalian ini.
)bqçG÷¨9$#ur(
Aku
bersumpah dengan masa zaitun, yaitu zaman Nabi Nuh as.dan anak cucunya. Ketika
itu Allah menghukum kaumnya yang ingkar dengan didatangkan banjir bandang, dan
diselamatkan-Nya Nabi Nuh dan perahunya. Sedang beberapa masa kemudian
datanglah seekor burung membawa daun pohon zaitun yang membuat nabi nuh merasa
gembira. Sebab hal itu menunjukkan redanya kemurkaan Allah dengan mengizinkan
bumi menelan air bah, agar bumi bisa dihuni kembali oleh umat manusia. Kemudian
perahu nabi nuh mendarat dan turunlah beliau beserta anak cucunya untuk
menghuni dan membangun kembali bumi Allah.
Berkata
Ka’ab Al-Akhbar,Qatadah, dan Ibnu Zaid serta yang lain-lain, yang dimaksud
dengan zaitun adalah masjid di Baitul Maqdis, berkata Mujahid dan Ikrimah, yang
dimaksud zaitun adalah minyak zaitun yang kita peras.
(ÍqèÛurtûüÏZÅ)
Berkata
Ka’ab serta yanng lain-lainnya,adalah gunung tempat Allah berbicara kepada Nabi
Musa as. Bukit ini mengingatkan kepada peristiwa diturunkannya ayat-ayat Ilahiyah,
yang ditampakkan secara jelas kepada nabi Musa as. Dan kaumnya. Serta peristiwa
diturunkannya kitab Taurat kepada nabi musa setelah kejadian itu dan
bersinarnya nur tauhid, yang pada masa sebelum itu dikotori oleh aqidah
wasaniyah (keyakinan keberhalaan). Para nabi setelah Musa as. Tetap mengajak
kaumnya agar berpegangan kepada syariat
tauhid ini. Namun dengan berlalunya masa demi masa, ajaran ini telah dikotori
dengan berbagai bid’ah, hingga nabi iasa as. Dataang menyelamatkan ajaran
tauhid ini. Tetapi kaum Nabi Isa pun tertimpa apa yang menimpa kaum para nabi
sebelumnya, yaitu timbulnya perselisihan dalam agama, hingga tiba masanya allah
swt menganugrahkan kepada manusia nur Muhammad saw untuk itu Allah berfirman
pada ayat berikutnya.
(#x»ydurÏ$s#t7ø9$#ÂúüÏBF{$#
)
Yaitu
kota Mekkah yang dimuliakan Allah dengan dilahirkanya nabi Muhammad saw dan
dengan keberadaan Ka’bah (baitullah)padanya. Pendapat ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Hasan, Ibrahim
An-Nakha’i, Ibnu Zaid, Dan Ka’ab Akhbar, tidak ada perselisihan tentang ayat
ini.
Sebagian
para imam berkata inilah tiga tempat, dimana Allah mengutus setiap tempat itu
seorang nabi utusan yang tergolong dalam Ulul Azmi yang diturunkan syariat
besar kepada mereka, yaitu:
Pertama: tempat
tiin dan zaitun yaitu Baitul Maqdis yang diutus kesana nabi Isa Bin Maryam.
Kedua: Thur
Shinin, yaitu gunung sinai tempat Allah berbicara dengan nabi Musa Bin Imran.
Ketiga:Negeri
Mekkah, yaitu negeri yang aman dan barang siapa yang masuk kenegeri itu maka ia
akan man dan itulah tempat Allah mengutus utusannya yaitu Muhammad saw.
Sebagian
para imam itu berkata para ahli kitab taurat telah disebutkan ketiga tempat
ini: “Allah datang dari thur sinai” yautu tempat Allah berbicara dengan nabi Musa
Bin Imran: “kemudian terbit dari sa’ir” yaitu gunung baitul maqdis dimana Allah
mengutus Isa putra maryam dari sana: “dan memberi pernyataan dari gunung faran”
yaitu pegunungan mekkah dimana dari sana Allah mengutus Muhammad, maka disini Allah
menyebutkan mereka secara berturut-turut keberadaan merekasecara urutan waktu,
dengan demikian disini allah bersumpah dengan yang paling mulia kemudian yang
paling mulia darinya dan yang paling mulia diantara keduanya.
Pada
ayat yang selanjutnya allah menjelaskan obyek sumpah-nya melalui firmannya:
(ôs)s9$uZø)n=y{z`»|¡SM}$#þÎûÇ`|¡ômr&5OÈqø)s?)
Sesungguhnya
telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik. Kami ciptakan dia
dengan ukuran tinggi yang memadai, dan memakan makanannya dengan tangannya,
tidak seperti makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan
mulutnya. Lebih dari itu kami istimewakan manusia dengan akalnya, agar bisa berfikir dan
menimba berbagai macam ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segala
inspirasinya yang dengannya manusia bisa berkuasa atas segala makhluk. Manusia
memiliki kekuatan dan pengaruh yang dengan keduanya bisa menjamgkau segala
sesuatu.
Tetapi
manusia itu memang pelupa, ia tidak menyadari keistimewaan yang dia miliki.
Bahkan ia menyangka seolah-olah dirinya tak ubahnya makhluk jenis lain.
Akibatnya ia malang melintang dalam berbagai perbuatan yang bertentangan dengan
akal sehat dan fitrah kejadiannya. Ia gemar mengumpulkan harta benda dan
bersenang-senang memenuhi hawa nafsu. Ia berpaling dari hal-hal yang
mendatangkan manfaat bagi kehidupan akhiratnya, dan hal-hal yang mendatangkan
keridhoan-nya yang bisa mengantarkan kepada perolehan kenikmatan yang abadi.
Dalam ayat lain allah berfirman dalam QS.asy-syu’ara:88-89
tPöqtwßìxÿZt×A$tBwurtbqãZt/ÇÑÑÈwÎ)ô`tBtAr&©!$#5=ù=s)Î/5OÎ=yÇÑÒÈ
88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
89. Kecuali orang-orang
yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Hal
inilah yang diisyaratkan oleh firmannya dalam ayat berikut ini:
(¢OèOçm»tR÷yu@xÿór&tû,Î#Ïÿ»y)
Maksudnya
adalah neraka, pendapat ini dikatakan oleh Mujahid, Abu Al-Aliah, Al-Hasan,
Ibnu Zaid, serta lain-lainnya. Kemudian setelah kebaikan dan kesempurnaan ini
maka tempat kembali mereka adalah neraka jika tidak taat kepada allah swt dan
tidak mengikuti para Rasul Allah.
Sebagian
para imam berkata (kemudian kami kembalikan dia ketempat yang
serendah-rendahnya) yaitu seburuk-buruknya kehidupaan, pendapat ini
diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ikrimah, sehingga ikrimah berkata: “barang
siapa yang mengumpulkan (melaksanakan) al-quran maka ia tidak akan dikembalikan
kepada seburuk-buruknya kehidupan. Pendapat ini ditetapkan oleh ibnu jarir.
Seandainya maksud dari ayat ini adalah benar maka tidak benar dan tidak
tepat adanya pengecualian orang-orang
beriman disini, maka maksud yang benar adalah seperti apa yang telah kami
sebutkan dimuka. Sebagaimana firman
allah QS. Al-ashr:1-3.
ÎóÇyèø9$#urÇÊȨbÎ)z`»|¡SM}$#Å"s9Aô£äzÇËÈwÎ)tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãurÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?urÈd,ysø9$$Î/(#öq|¹#uqs?urÎö9¢Á9$$Î/ÇÌÈ
1. Demi masa.
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Manusia
banyak melakukan kerusakan yang telah menyebar dikalangan mereka, sehingga
mereka terlanjur berada dalam kesesatan. Mereka lupa kepada fitrah asalnya dan
lari kepada naluri kebinatangannya.
Mereka terperosok kedalam jurang kebejatan moral dan dosa-dosa. Hanya
orang-orang yang dipelihara oleh Allah, mereka tetap berada dalam garis fitrah
kejadiannya. Dan mereka itulah yang dimaksud oleh firman Allah dalam ayat
berikut ini.
(wÎ)tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏHxåurÏM»ysÎ=»¢Á9$#óOßgn=sùíô_r&çöxî5bqãYøÿxE)
Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengetahui bahwa jagat raya ini ada yang
menciptakannya. Dia-lah yang mengatur kesemuanya, dan dia-lah yang meletakkan
syariat bagi makhluknya agar dilaksanakan oleh mereka. Orang-orang semacam ini percaya bahwa keburukan akan beroleh balasan
siksaan dan kebaikan akan beroleh imbalan pahala.
Kelak
jika kembali kepada kehidupan akhirat, mereka akan beroleh pahala atas amal
sholeh yang mereka lakukan. Mmereka adalah pengikut para nabi dan orang-orang yang diberi hidayah
oleh Allah swt.kejalan hak dari setiap umat.
Kemudian
Allah mengecam kaum musyrikin atas keingkaran mereka kepada hari pembalasan,
setelah datang bukti-bukti yang jelas kepada mereka.
Gairu
mamnuun artinya gairu
maqthu’ yaitu tidak terputus-putus. Kemudian Allah berfirman:
($yJsùy7ç/Éjs3ãß÷èt/ÈûïÏe$!$$Î/)
Yakni
hari pembalasan saat kalian dikembalikan, kamu telah mengetahui bahwa Allah adalah
pencipta dan engkau telah mengetahui bahwa barang siapa yang mampu untuk
menciptakan berarti ia mampu pula untuk mengembalikannyaseperti semula, jika
demikian apakah yang menjadikan kamu berani mendustakan adanya hari pembalasan
dan hari kebangkitan?.
Berkata
ibnu abu hatim, berkata kepada kami Ahmad Bin Sanan, berkata kepada kami Abdurrahman
dari Sufyan dari Manshur, ia berkata: aku bertanya kepada Mujahid (maka apakah
yang menyebabkan kamu mendustakah hari pembalasansesudah itu), apakah yang
dimaksud adalah nabi muhammad saw?. Manshur berkata, kami berlindung kepada
allah, yang dimaksud dengan dengan ayat ini adalah manusia, begitu pula
pendapat Ikrimahserta lain-lainnya.
Apa
yang mendorong kamu mengingkari adanya hari pembalasan atas segala amal
perbuatanmu?. Padahal telah datang kepadamu bukti-bukti nyata yang menjelaskan
kebenaran masalah ini. Sesungguhnya zat yang menciptakan kamu dari air mani dan
menyempurnakan kejadianmu, ia mampu membangkitkanmu setelah kematianmu dan
menghisabmu diakhirat kelak. Barang siapa telah menyaksikan hal ini dengan
kemampuan akal dan fikirannya, kemudian ia mengingkarinya, maka ia telah
membutakan mata dan hatinya, dan ia berada dalam kesesatan yang nyata.
Kemudian
Allah mengokohkan kecamannya melalui firmannya pada ayat selanjutnya:
(}§øs9r&ª!$#È/s3ômr'Î/tûüÉKÅ3»ptø:$# )
Allah
adalah hakim yang paling adil yang tidak melakukan kecurangan dan tidak pula
melakukan kezaliman pada seseorang, dan
di antara hari kiamat itu allah menyelenggarakan hari kiamat dimana hari itu
orang yang dizalimi di dunia akan menuntut haknya dari orang yang telah
menzaliminya. Oleh sebab itu ia menyediakan balasaan amal perbuatan manusia.
Agar manusia memelihara derajat kemuliaannya yang telah disediakan oleh-nya
sejak awal kejadianya. Namun, begitulah perilaku manusia. Kebodohannya telah menurunkan derajatnya
kepada tingkatan yang paling rendah. Oleh sebab itu allah mengutus para
rasul kepada mereka dengan membawa
berita gembira dan peringatan. Kemudian ia menurunkan ssyariatsyariatnya kepada
para rasul agar dijelaskan kepada umat manusia dan untuk mengajak mereka kepda
rahmat ilahi.
Maha
suci Engkau, ya Allah. Betapa adil dan bijaksananya Engkau. Engkau maha halus
dan maha mengetahui. Dan hanya kepada Engkaulah segala urusan dikembalikan.
Dalam
hadis Marfu’ dari Abu Hurairah telah disebutkan:
من قرء (والتين والزيتون) فقرء (اليس الله باحكم الحاكمين) فليقل بلى
وانا على دالك من الشاهدين
“jika seseorang diantara kalian membaca surat at-tin, kemudian
sampai pada ayat :(اليس الله باحكم الحاكمين)
maka hendaklah ia berkata, benar dan kami telah menyaksikan itu.
BAB III
PENETUP
A.
SIMPULAN
1.
Dalam ayat pertama, ada khilafiyah ulama’
dalam menafsirkan kata at-tiin dan zaitun. Ada yang berpendapat bahwa maksud
dengan at-tiin, adalah masjid di Damaskus, ada pula yang berpendapat
damaskus itu sendiri, ada pula yang berpendapat gunung di damaskus, Al-Qurtubi
berkata, at-tiin adalah masjid para ashabul kahfi, dan diriwayatkan oleh
Al-‘Uufi dan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud at-tiin adalah masjid Nabi Nuh yang
berada dipuncak gunung al-judi, berkata Al-Mujahid, maksudnya at-tiin adalah
kalian ini (manusia). Sedangkan kata zaitun adalah masjid di Baitul Maqdis,
menurut mujahid dan ikrimah adalah minyak zaitun yang kita perah.
2.
Dalam
surat ini, menurut sebagian ulama inilah tiga tempat Allah mengutus Nabi ulul
azmi yang diberikan syare’at besar.
a.
Tempat
tin dan zaitun, yaitu baitul maqdis yang diutus kesana isa bin maryam.
b.
Thur
sinin yaitu gunung sinai tempat allah berbicara dengan musa bin imran.
c.
Negeri
mekkah al-mukarramah yaitu negri yang aman dan itulah tempat allah mengutus
utusannya muhammad saw.
3.
Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan perwakan yang paling
baik, serta bentuk tubuh yang paling sempurna. Berbeda dengan yang lain,
manusia mengambil makanannya dengan tangan akan tetapi binatang dengan
mulutnya.
4.
Manusia
yang tidak menyadari keistimewaannya dan berperilaku kebinatangan, maka dia
oleh allah akan dikembalikan ke dalam seburuk-buruk kehidupan.kecuali
orang-orng yang beriman dan beramal shaleh.
5.
Balasan
bagi orang-orang yang beriman dan melakukan amal shaleh adalah pahaala yang
tidak terputus-putus. Ghairu mamnuun artinya ghairu maqthu’.
6.
Allah
adalah merupakan hakim yang paling adil yang tidak melakukan kecurangan dan
kezaliman.
B.
SARAN
Dalam
penyusunan makalah ini, tentu sekali terdapat banyak kekurangan dikarenakan
kekurangan kami pula yang masih minim pemahamannya dalam masalah ini. Jadi kami
sangat mengharapkan sumbangsih dari sekalian rekan mahasiswa dan mahasisiwi
yang berupa kritik dan sarannya. Moga apa yang kita semua lakukan ini dihitung
sebagai amal shaleh dan moga allah menambahkan pemahaman kita semua. Amiin yaa
robbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ad-damasyqi, ibnu katsir al-qurasyi. Tafsir juz ‘amma min tafsir
al-qur’an al-‘azhim. 2001. pustaka azzam. Jakarta.
Ø Al-maragi, ahmad mustafa. Terjemah taafsir al-maragi jilid 30.
1993. Cv. Toha putra. Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar