Rabu, 26 Juni 2013

JUAL BELI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.Terutama dalam hal muamalah, seperti jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa sampai urusan utang piutang maupun usaha-usaha yang lain, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui kecurangan-kecurangan dalam urusan muamalah ini, seperti riba yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Untuk menjawab segala problema tersebut, agama memberikan peraturan dan pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kita yang telah diatur sedemikian rupa dan termaktub dalam Al-Qur'an dan hadits, dan tentunya untuk kita pelajari dengan sebaik-baiknya pula agar hubungan antar manusia berjalan dengan lancar dan teratur.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, sengaja kami bahas mengenai jual beli, dasar hukumnya, rukun, syarat, hal hal yang terlarang dalam jual beli, khyar, dan riba karena semuanya itu sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Disini pula akan banyak dibahas mulai tata cara jual beli dan utang piutang yang benar sampai hal-hal yang diharamkan atau dilarang. Begitu pula dengan riba juga akan dibahas mulai dari hukumnya, sampai macam-macam bentuk riba, untuk mempermudah praktek muamalah kita dalam kehidupan sehari-hari dan untuk kita tidak mudah untuk terjerat dalam lingkaran riba yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Jual Beli
2.      Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli
3.      Rukun dan Syarat Jual Beli
4.      Hal Hal yang Terlarang dalam Jual Beli
5.      Khiyar
6.      Riba





  1. Tujuan Pembelajaran.
Tujuan kami membuat makalah ini untuk mengetahui pengertian jual beli, dasar hokum jual beli, rukun, syarat, hal hal yang terlarang dalam jual beli, khiyar, dan riba. Supaya kita pahami dan bisa kita terapkan semuanya di masyarakat .
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jua Beli
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengansesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalammendefinisikannya, antara lain :
1.      Menurut ulama Hanafiyah yaitu :       Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan hartaberdasarkan cara khusus      (yang dibolehkan).”
2.      Menurut Imam Nawawi di dalam  Al-Majmu’ 
3.      Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.
4.      Menurut Ibnu Qudamah di dalam dalam kitab Al-mugni: Jual beli adalah ” Pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.”       Pengertian lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual  (yakni  pihak yang menyerahkan/menjual barang) danpembeli (sebagai pihak yang  membayar/membeli barang yang dijual). Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak (dirham)

B.     Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’ Yakni :
1.      Al Qur’an
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah, 2:198 :




}§øŠs9 öNà6øn=tã îy$oYã_ br& (#qäótGö;s? WxôÒsù `ÏiB öNà6În/§ 4 !#sŒÎ*sù OçFôÒsùr& ïÆÏiB ;M»sùttã (#rãà2øŒ$$sù ©!$# yYÏã ̍yèô±yJø9$# ÏQ#tysø9$# ( çnrãà2øŒ$#ur $yJx. öNà61yyd bÎ)ur OçFZà2 `ÏiB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 tû,Îk!!$žÒ9$# ÇÊÒÑÈ  
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.
2.       Sunnah
Nabi, yang mengatakan: ”Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur’’. (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’) Maksud mabrur  dalam hadist di atas adalah jual-beli yangterhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.
3.      Ijma’ 
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan  bahwa  manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, atau makru
 Jual beli hukumnya sunnah, misalnya  dalam jual  beli barang yang  hukum menggunakan  barangyang diperjual-belikan itu sunnah  seperti minyak wangi.  
Jual beli hukumnya wajib , misalnya  jika ada  suatu  ketika  parapedagang  menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan  harganya  pun  melambung tinggi. Maka pemerintah boleh  memaksa  para  pedagang  beras  untuk  menjual beras yang di timbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga. Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib Menjual beras yang ditimbun sesuai dengan     ketentuan pemerintah.
 Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak memenuhi rukun  dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur penipuan. 
Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan itu hukumnya makruh seperti rokok.
C.    Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beliyang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’  (hukum Islam).
1.      Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual danpembeli).
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah:
a)      Berakal,  jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
b)      Baliqh,  jual belinya anak kecil yang belum baliqh di hukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz  (mampu membedakan baik atau buru),  di bolehkan  melakukan jual beli terhadap barang-barang yang harganya murah seperti :Permen, Kue, Kerupuk.
c)      Berhak  , menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh (idiot) tidaksah jual belinya.  Firman Allah ( Q.S.  An-Nisa’(4): 5)

2.       Sigat  atau Ucapan Ijab dan Kabul 
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalahkerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu beradadalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihakpenjual) dan Kabul (dari pihak pembeli). Adapun syarat-syarat ijabkabul
adalah :
a)      Orang yang mengucap ijab Kabul telah akil baliqh.
b)      Kabul harus sesuai dengan ijab.
c)      Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.

3.      Barang yang Diperjual-belikan.
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syaratyang diharuskan, antara lain:
a)    Barang yang diperjual-belikan itu halal.
b)   Barang itu ada manfaatnya.
c)    Barang itu ada ditempat, atau tidakada tapi ada ditempat lain.
d)   Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawahkekuasaanya.
e)    Barang itu hendaklah diketahuioleh pihak penjual dan pembelidengan jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupunsifat-sifatnya.

4.      Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampaisekarang ini berupa uang). Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual ituadalah :
a)      Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
b)      Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jualbeli, walaupun secara hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.
c)      Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupauang.
D.    Hal-Hal yang Terlarang dalam Jual Beli
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjaudari segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1.Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya (seperti yang telah dijelaskan padahalaman sebelum ini).
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang  salah satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu padadasar dan sifatnya tidak disyariatkan (di sesuaikan dengan ajaran islam).
3. Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid  ).  
Jual beli ini hukumnya sah,tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain. Berkenan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Al- Juhaili meringkasnya sebagai berikut.
a)      Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)
Ulama telah sepakat bahwa jual beli di kategorikan sah apabila dilakukan  oleh  orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Merekayang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
1)      Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
2)      Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil.              Terlarang dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untukmengetahui perihal tentang jual beli.
3)      Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang jelek dan barang yang baik.
4)      Jual beli terpaksa terlarang dikarenakan tidak adanya unsur kerelaan antara penjual atau pun pembeli dalam akad.
5)      Jual beli fudhul Adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
6)      Jual beli yang terhalang Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau punsakit.
7)      Jual beli malja’ Adalah  jual beli  orang  yang sedang  dalam bahaya,  yakni  untuk menghindar dari perbuatan zalim.
b)      Terlarang Sebab Shigat 
                             Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka di           pandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang sebab shiqat sebagai berikut :
1)      Jual beli Mu’athah Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab Kabul
2)      Jual beli melalui surat atau melalui utusan di karenakan Kabul yang melebihi tempat, akad tersebut di pandang  tidak sah,  sperti surat tidak  sampai   ketangan  orang yang dimaksudkan.
3)      Jual beli dengan isyarat atau        tulisan Apabila  isyarat dan tulisan  tidak  di pahami dan tulisannya jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.
4)      Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad Terlarang karena tidak memenuhi syarat in’iqad  (terjadinya akad).
5)      Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
6)   Jual beli munjiz  Adalah yang di kaitkan dengan suatu syarat atau di tangguhkan padawaktu yang akan datang.
c)  Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan)
Adalah harta yang di  jadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi ’ (barang jualan) danharga. Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi di perselisihkan, antara lain :
1)      Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada.
2)      Jual beli yang tidak dapat diserahkan Contohnya jual beli burung yang ada di udara, dan ikan yang ada didalam air tidak berdasarkan ketetapan syara’.
3)      Jual beligharar Adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar ).
4)      Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
5)      Jual beli air Jual beli barang yang tidak jelas (majhul) Terlarang karenakan akan mendatangkan pertentangan di antara manusia.
6)      Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad (gaib), tidak dapat dilihath. Jual beli sesuatu sebelum di pegangi.       Jual beli buah-buahan atau      tumbuhan Apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.
d)     Terlarang Sebab Syara’
Jenis jual beli yang di permasalahkan sebab syara’ nya diantaranya adalah:
1)      Jual beli riba
2)      Jual beli dengan uang dari barang yag di haramkan Contohnya jual beli khamar, anjing, bangkai.
3)      Jual beli barang dari hasil pencegatan barang              Yakni  mencegat  pedagang  dalam perjalanannya menuju tempat yang di tuju sehingga              orang  yang     mencegat barang itu mendapatkan keuntungan
4)      Jual beli waktu adzan jum’at Terlarang dikarena bagi laki-laki yang melakukan transaksi jual         belidapat mengganggukan aktifitas kewajibannya sebagai muslim dalam     mengerjakan  shalat jum’at.
5)       Jual beli anggur untuk dijadikan khamar 
6)      Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang laing. Jual beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.




E.     Khiyar
1.      Pengertian Khiyar
Khyar. adalah “ Suatu  keadaan  yang  menyebabkan  orang  yang  akad  (aqid)  memiliki  hak untuk  memutuskan akadnya,  yakni menjadikan atau  membatalkannya  jika  khiyar tersebut  berupa khiyar syarat,  ‘aib atau ru’yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta’yin. ” Khiyar  adalah  hak memilih bagi si penjual  dan si pembeli  untuk meneruskan jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal.
2.      Macam-macam khiyar yang kita kenal :
a)      Khiyar syarat 

Pengertiannya Menurut Ulama fiqh Khiyar syarat adalah:  Suatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad atau masing-masing yang akad atau selain kedua pihak yang akad memiliki hak atas pembatalan atau penetapan akad selama waktu yang diientukan.” 
Contohnya :  si penjual berkata kepada si pembeli, “Saya jualbarang ini kepadamu seharga Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar  selama tiga hari tiga   malam.”  khiyar masyru’ (disyariatkan) dan khiyar rusak 
khiyar masyru’ (disyariatkan) adalah khiyar yang ditetapkan batasan waktunya. Contohnya: si penjual  berkata kepada si  pembeli, “Saya jual  barang  ini  kepadamu  seharga Rp.100.000,- dengan syarat boleh khiyar  selama tiga hari tiga malam.”
khiyar rusak khiyar rusak  yaitu khiyar  yang  batasan  waktunya  tidak diketahui atau rusak, dan perbuatan ini mengandung unsurjahalah (ketidak jelasan            .  Contohnya : “Saya beli barang inidengan syarat saya khiyar  selamanya.”
Batasan Khiar Masyru’ Adapun batas khiyar  itu adalah tidak boleh lebih dari tiga hari. Dan beberapa dari para ulama berpendapat bahwa  khiyar  Yang melebihi tiga hari membatalkan jual beli, sedangkan bila kurangdari tiga hari adalah rukhshah (keringan) bagi penjual.

b)      Khiyar majlis
Pengertian Menurut Ulama fiqh Hak bagi semua pihak yang melakukan akad  untuk  membatalkan  akad selagi masih berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul kelaziman dalam akad.” 
F.     Riba

Riba menurut bahasa artinya lebih atau bertambah. Adapun pengertian menurut syara' riba adalah nilai tambah yang diharamkan dalam masalah pinjam-meminjam atau hutang piutang, karena melanggar aturan pinjam meminjam/ hutang piutang yang diizinkan.
1.      Macam – Macam Riba
a)         Hadits tentang riba Fadli, yaitu dengan sebab tukar-menukar barang sejenis dengan jumlah yang berbeda, seperti menjual emas dengan emas, gandum dengan gandum, beras dengan beras, yang kulitnya sama tetapi kuantitasnya berbeda.
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَتَبِيْعُوْا الذَّهَبَ بِالذَّهَبِ إِلاَّ مَثَلاً بِمِثْلٍ وَلاَ تُشِفُّوْا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ وَلاَ تَبِيْعُوْا الْوَرِقَ بِالْوَرِقِ إِلاَّ مَثَلاً بِمِثْلٍ وَلاَ تُشِفُّوْا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ وَلاَ تَبِيْعُوْا مِنْهَا غَائِبًا بِنَاجِزٍ
 (متفق عليه)
“Dari Abi Sa’id al-Khudry, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah bersabda. ‘Janganlah kamu jual emas dengan emas kecuali timbangan yang sama dan janganlah kamu tambah sebagian atau sebagiannya, dan janganlah kamu jual uang perak dengan perak kecuali dengan timbangan yang sama, dan janganlah kamu sebagian atas sebahagiannya, dan janganlah kamu jual barang yang nyata dengan barang yang abstrak.” (Sepakat Ahli Hadits)
b)         Tentang riba Nasi’ah, yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berutang, disebabkan mempertimbangkan waktu pembayaran yang ditangguhkan. Misalnya jual beli kredit dengan cara menetapkan adanya dua macam harga bila dibeli dengan secara kontan. Sabda Rasulullah saw.
عَنْ سَمُرَةَ ابْنِ جُنْدُبٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْحَيَوَانِ بِالْحَيَوَانِ نَسِيْئَةً رواه الترميذى)
“Dari Samurah ibn Jundub, sesungguhnya Nabi saw. telah melarang menjual binatang dengan binatang secara ditangguhkan.” (HR. Turmudzi)
c)         Tentang riba Qardli, yaitu pinjam-meminjam atau berhutang-piutang dengan menarik keuntungan dari orang yang meminjam atau yang berhutang, seperti meminjam uang dengan dikenakan bunga yang tinggi.

كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفَعَةً فَهُوَ وَجْهٌ مِنْ وُجُوْهِ الرِّبَا (أخرجه البيهقى)
“Setiap pinjaman yang menarik manfaat (bagi pemberi pinjaman) adalah satu bentuk dari beberapa bentuk riba.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan:
Sesuatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat merusaknilai amalan yang kita lakukan jual beli, jadi hal upaya tentang penulisanini  dilakukan untuk              memberikan informasi tentang pengertian, dasarhukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, hal yang terlarang dalam jualbeli, khiyar, dan jual beli As-salam. Agar terciptanya lingkungan ekonomiperdagangan islam yang sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
Untukitu penulis menyimpulkan bahwa jual beli islam adalah suatu  kegiatan yang   bersifat kepentingan umum, juga menjadi tolak ukur untukmensejahterakan kehidupan rakyat terutama dalam bidangperekonomian. Karena manusia ini adalah makhluk sosial, jadi diperlukankegiatan jual beli ini juga seluk beluk mengenai jual beli islam ini sudahdapat dilihat dalam bab-bab makalah ini.











DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Syafe’i MA, Prof., Dr., Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Wahbah Al-Juhaili,  Al-fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Bandung: Pustaka Setia, 1989.
Dar Al-Fikr.Rambe, Nawawiah, Drs, Fiqih Islam: Jakarta 1994.
Syamsuri, Drs, H. Duta Pahala, Jakarta, 2005.
Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI, Erlangga, Jakarta, 2000.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar